Gue beritikad baik hari ini, masuk kuliah "dagang" sejam lebih awal dari ayam berkokok.Padahal jarang-jarang gue bisa ngalahin ayam, wong sama kebo aja gue masih kalah cepet. Nah, karena gue merasa telah melakukan niat dan tindakan yang baik terhadap diri gue sendiri, gue yakin orang lain juga bakalan baik sama gue.
Tapi untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih. Betapa beruntungnya gue ketika belom nyampe kelas, orang-orang uda pada turun dari gedung E, trus ada yg tereak bilang "Eh, kelasnya di gedung D, lho!". Gue masih menganggap itu hal yang baik walaupun setelah gue pindah ke D.305, si Bapak penjaga langsung nyuruh pindah ke D. 306. "Kelas B disini, kata si Bapak tanpa dosa".
Masih juga kebawa mood baik dengan menganggap pengumuman pindah ke kelas lain adalah awal dari keberuntungan gue. Ternyata kelasnya pindah lagi, man! Sabar.... Pindah dua kali ke gedung yang beda ga masalah bagi gue yang masih muda ini. Tapi waktu dosennya bilang salah kelas lagi n nyuruh pindah ke kelas sebelahnya gue mulai ngerasa curiga. Jeng..., jeng..., jeng..... Ternyata bener!! Setelah kelas itu dipindah, ternyata bapak yg ada di sana nyuruh pindah lagi ke gedung D ke kelas D.306. KAMBING GORENG!!!!!!
Untungnya (masih untung) setelah kepindahan yang ke seratus si dosen bener-bener ada di kelas, nangkring sambil pasang senyum simpul kaya gadis sampul baru kena dempul. Dua biji dosen paruh baya dengan tampang "sangat bersahabat".
Kelas dimulai dengan hening, suara angin terasa berbisik sampai ke ubun, meninggalkan bulu kuduk gue yang mulai berdiri. Sekadar info yah, kata si anu (piiip.., sensor) kalo bulu kuduk berdiri itu tandanya peringatan dari tubuh kita sendiri buat berjaga-jaga dari bahaya yang mengancam! Dan itu juga yang ternyata terjadi pada diri gue selanjutnya. Bahaya di depan mata dengan dosen tanpa kacamata yang memiliki mata kayak kura-kura ninja.
Dosen ehm paruh baya itu mulai beringsut dari singgasananya dan berjalan mencari mangsa segar. Tiba-tiba dia langsung melihat ke arah gue. "Kamu!! Ya, Kamu! Apa perbedaan dari pejanjian kawin dengan perjanjian kawin-kawinan" (pertanyaan sebenarnya disensor karena gue lupa). Heh? Gue? Glekh... (suara menelan lidah, eh, ludah). "Ummmmmmm...."
"EH, perjanjian kawin-kawinan itu bla bla bla... ehm bla bla..." terdengar suara dari samping gue. Heh? Serius? Dari samping gue? Berarti dosennya bukan nanya gue? Hore........ tereak gue tapi dalem ati doank.
"Yang saya tanya, apa bedanya? Anda sama sekali tidak menjawab pertanyaan saya! Apakah anda mengerti tutur kata dalam bahasa Indonesia?"
Siiing... Kelas hening.
Tiba-tiba temen gue yang bernama Y*v*n masuk kelas setelah telat entah berapa menit.
"Hei, kamu! Ngerti sopan santun tidak? Kalau melewati dosen itu mengucapkan salam! Blablabla..."
Weleh?
Begitulah kelas itu dimulai. Tampaknya si dosen kesenengan dengan caranya ngajar. Seisi kelas ga bergeming. Pada takut buka mulut. Ga bawa undang-undang salah, bawa juga salah. Ga baca undang-undang salah, baca juga salah. Dan yang paling menyebalkan adalah, semua kesalahan selama dia nanya itu selalu didikuti dengan kata-kata yang menusuk jiwa raga dan tulang belulang! Kayaknya enak ya mengintimidasi mahasiswa? Dan orang -orang keren kaya gue "sebenernya" ga terpengaruh tuh! Tanya apa aja, gue jawab semuanya sampe mampus!!
Tapi "untung" lagi dosennya ga nanya gue, tapi geer nya gue selalu ngerasa dilirik dan diincar sebagai korban berikutnya. Ih..., benci deh, keki akyu.... Kasian juga nasib temen-temen yang diusir, kasian juga diri gue sebagai calon orang yang bakalan diusir selanjutnya entah karena apa, mungkin aja karena gue lebih muda n lebih kece dari dia. Huh, dasar sirik!!! Pasti dia iri sama mahasiswi yang keren kan?
Kecurigaan gue terbukti benar ketika di akhir kuliah (fiuh..., semua orang bernapas lega) gue mendekati tu dosen. Gue mau nanya hal ga penting sebenernya sehubungan dengan apa yang dikemukakan dia selama kuliah tadi. Sebenernya ada hal yang lebih penting untuk ditanya seperti "Bu, enak ga si rasanya makan daging ular atau gorilla?" atau "mana yang lebih baik buat ibu, makan pete atau jengkol?", penting karena berhubungan dengan mata kuliah yang diajari dia, soalnya ular dan gorilla ga diperdagangkan secara bebas begitujuga dengan perdagangan pete dan jengkol. Tapi dengan terpaksa pertanyaan itu gue cancel, n gue ganti dengan...
"Maaf ya, kalau kamu ada pertanyaan silakan saja ajukan di kelas minggu depan! Saya bukan guru les privat ya! Kalau mau nanya privat, nanti di rumah, biayanya beda lagi!" begitu kata tu Ibu sebelum gue sempet mengatakan a.. i...u...e..., maupun gorilla.
Deg..., hati gue langsung ngelenyer.... Serrr..... Sakit hati? Enggak! Cuma terdiam tanpa kata selama beberapa tahun dan akhirnya di penghujung tahun gue cuma mengucapkan hal ga penting berikutnya kepada si ibu, "Makasih, Bu" dengan nada yang getir.
Heh? Siapa sih yang bertanggungjawab atas dipekerjakannya dosen matre ini? NAJONG!!! Kelas NAJONG!! KUDANIL!! KUDA LUMPING!! KUTU AIR!!!!
Dan hari ini batal menjadi hari yang baik bagi hidup gue.